Laman

Rabu, 27 Februari 2013

Sekolah Untuk Anak Berkebutuhan Khusus



Kebutuhan  Pendidikan 
Dari Sudut Pandang Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus


Sekitar 70% Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan disabilitas di Indonesia belum terjangkau layanan pemerintah. (Solo  Pos, 26/09/2012)
Betul adanya berita tersebut dan nyata dirasakan oleh para orang tua ABK, sulitnya mencari sekolah yang tepat untuk anak mereka.

Sekolah inklusi adalah sekolah formal yang memberikan ruang atau akses pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Seharusnya bisa menjadi harapan yang baik untuk kebutuhan pendidikan bagi ABK.

Kenyataan di lapangan, tidak mudah  untuk mendapatkan sekolah  ABK yang terjangkau, baik dalam arti biaya dan lokasinya. Yang tinggal dekat Jakarta ibukota  saja kesulitan untuk mendapatkan sekolah ABK yang terjangkau apalagi yang di daerah-daerah.

Sebagian besar masih banyak kendala orang tua yang memiliki ABK untuk mendapatkan sekolah. Meskipun pemerintah sudah mengulurkan bantuan dana untuk sekolah-sekolah reguler yang ditunjuk menjadi sekolah inklusi, tapi apakah sudah tepat sasaran dan efektif ? 

Karena kenyataannya ada diantaranya sekolah-sekolah tersebut yang terang-terangan menolak, ataupun menolak secara halus siswa ABK dengan berbagai alasan.
Satu kejadian seorang ABK yang sekolah di sekolah inklusi, seorang guru mendudukkannya di depan papan tulis menghadap kearah siswa yang lain yang kemudian jadi tontonan dan tertawaan, alasan gurunya supaya fokus. Ini menunjukkan ketidaksiapan guru dalam mengajar ABK. Padahal dana bantuan dari pemerintah untuk sekolah inklusi, diantaranya untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi guru   dalam menangani dan  mengajar ABK secara memadai.

Bahkan ada juga sekolah inklusi yang tidak memiliki peserta didik ABK, entah karena kurangnya sosialisasi atau alasan tehnis lainnya, yang jelas sekolah tersebut memang belum siap menerima ABK.

Yang menjadi pertanyaan di sini tidakkah perlu ditinjau ulang sekolah-sekolah inklusi tersebut ? agar dana bantuan yang masih kurang untuk pelayanan pendidikan bagi siswa ABK tidak sia-sia. Seperti misalnya ;

  • Keberadaan peserta didik ABK yang  ditampung harus memenuhi standar minimal jumlahnya,    agar   tidak seenaknya menolak siswa ABK bahkan sampai tidak memiliki siswa ABK.
  • Tenaga pengajar yang memadai dan kompeten dalam mengajar siswa ABK.
  •  Ratio jumlah siswa di kelas dengan adanya siswa ABK, seharusnya juga diberikan standard idealnya jumlah maksimal siswa di kelas.

Banyaknya kendala seperti di atas pada akhirnya mengharuskan orangtua ABK mau tidak mau harus pandai-pandai mencari alternatife lain. Bagi orang tua yang mampu, tentunya bisa mencari sekolah swasta khusus untuk ABK yang biayanya bisa berjuta-juta. Bagi yang tidak mampu terpaksa tidak menyekolahkan anaknya atau berusaha untuk mengikuti terapi dan pelatihan sendiri.

Beberapa rumah belajar untuk ABK atau rumah terapi yang didirikan perorangan menjadi salah satu alternatife, tapi lagi-lagi keberadaannya yang tidak banyak juga menjadi kendala karena terkadang harus masuk waiting list.

Kami para orang tua ABK sangat berharap bahwa sarana pendidikan ataupun pelatihan dan terapi bagi ABK bisa lebih diperbanyak dan diperluas jangkauannya.
Dan akan sangat membantu juga jika pemerintah bisa memprogramkan secara rutin semacam pelatihan ataupun seminar untuk orangtua ABK dalam penanganan yang tepat untuk ABK. Baik dari sisi pendidikan, ketrampilan  maupun terapi, di berbagai wilayah dengan materi yang berotasi. 

Misalnya ada 5 materi diadakan di 5 wilayah yang berbeda akan tetapi masih dalam wilayah yang saling berdekatan. Dan terus bergantian materinya sehingga memungkinkan bagi orang tua ABK jika kurang memahami atau belum mengikuti salah satu materi bisa mengikuti di wilayah lain sesuai materi yang dibutuhkan. Tentunya dengan biaya yang terjangkau atau jika memungkinkan gratis. 

Seminar atau pelatihan tersebut bisa mempersiapkan orangtua menjadi guru bagi ABK nya. Mengajar ABK harus dengan hati yang lebih lapang dibanding siswa normal. Dan orang tua adalah guru yang terdekat yang bisa mengajar ABK nya dengan hati. Jika dibekali dengan pendidikan yang memadai diharapkan bisa mempersiapkan ABK bukan hanya mandiri tapi jika memungkinkan juga bisa mempersiapkan ABK memasuki sekolah umum.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), akan mengajukan tambahan dana sebesar Rp500 miliar untuk pembentukan gerakan pendukung pendidikan inklusi di semua daerah di Indonesia. Gerakan itu tidak diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur fisik, melainkan pada pengembangan kepedulian semua stakeholders. Dengan itu pada 2015 ditargetkan minimal 50% ABK sudah dapat terakomodir. (Solo  Pos - 26/09/2012)

Kalau prosentase dana yang disalurkan untuk sekolah anak-anak normal sudah bisa tercapai sedemikian bagusnya, harapan kami para orang tua ABK tentunya juga bisa lebih baik lagi bagi pendidikan untuk ABK.

Tapi bagaimanapun berita tersebut membawa harapan bahwa kelak akan lebih mudah bagi ABK untuk mendapatkan pendidikan yang terjangkau sampai ke pelosok. 
Bukan hanya melalui sekolah tapi juga melalui lembaga-lembaga yang bergerak dalam pendidikan ABK,  bisa masuk ke daerah-daerah. Suport dari pemerintah dalam hal ini PPK-LK Dikdas akan sangat berarti. 
 Juga buat rumah-rumah  belajar atau terapi untuk ABK yang didirikan perorangan, dengan harapan bisa membantu ABK yang orang tuanya terkendala biaya. 

Semoga pemerintah bisa tepat sasaran untuk menyalurkan bantuannya sehingga memungkinkan sarana pendidikan bagi ABK berkembang atau terus bertumbuh menjadi perpanjangan sekolah-sekolah untuk ABK di pelosok-pelosok.

Anak adalah masa depan bangsa dan diantara anak-anak itu ada ABK yang bukan tidak mungkin bisa menjadi anak-anak pengharum nama bangsa atau bahkan pemimpin bangsa. Dan merekapun mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan seperti halnya anak-anak normal lainnya.
Beri mereka kesempatan untuk berkembang dengan memfasilitasi kebutuhan pendidikan mereka lebih baik dari yang ada sekarang.

Seperti yang dikemukakan oleh Asep Suriaman Cahyo Saputro dalam tulisannya yang berjudul Potensi Anak Autis ini :

Banyak individu yang sukses di Indonesia bahkan di dunia berasal dari anak-anak berkebutuhan khusus. Konon tokoh-tokoh terkenal seperti Albert Einstein dan Leonardo da Vinci adalah penyandang autis. Temple Grandin yang bergelar doctor, Nita Jackson adalah pemain komedi terkenal, Bill Gates orang terkaya di dunia, Oscar Dompas penyandang autis asal Indonesia yang sekarang menjadi pengusaha sekaligus penulis buku, Jasmine Lee O’Neil dan Donna Williams juga seorang penulis autis, dan banyak lagi lainnya jika kita mau membuka mata kita untuk melihat segala potensi yang dimiliki anak penyandang autis dan mau menggali serta mengembangkannya.

Selasa, 26 Februari 2013

Anak Laki-laki


       
Punya anak tiga, jagoan semua. Nggak munafik kalau terbersit keinginan punya anak perempuan. Kepikiran kalau tua nanti gimana ya dengan anak laki-laki semua ? pastinya mereka lebih perhatian ke keluarga sang istri, rata-rata kenyataannya seperti itu, duuuh  terbayang kesepiannya.

Meski banyak juga yang bilang nggak papa, nanti juga punya anak perempuan dari anak laki-laki (maksudnya menantu) ada juga yang bilang,  Nggak semua anak laki-laki lebih perhatian ke keluarga istri, tergantung gimana kita sebagai orang tua mendidiknya”

Ya, masukan pendapat itu betul semua. Tapiii... tetep saja terkadang ada terselip rasa khawatir mengingat hari tua. Yang ada dalam bayangan, mungkin anak-anak akan lebih sering ke mertuanya dari pada ke orang tuanya.

“Makanya bikin satu lagi, biar dapet anak perempuan.”
“Whaaat ? nggak deh kalau musti punya anak lagi, itu solusi konyol namanya. Ya kalau dapet anak perempuan kalau laki-laki lagi?” jawabku selalu.

Meski kadang ada iri menghampiri, kalau liat tetangga sebelah yang punya anak perempuan sedang jalan bareng kayaknya klop banget, apalagi kalau liat anak perempuannya disuruh-suruh nurut. 
Tapi bukan berarti anak-anak laki-lakiku nggak nurut, cumaaa angin-anginan … kalau mood-nya lagi oke, nggak usah disuruh, liat mamanya repot dengan pekerjaan rumah tau-tau udah ikut bantuin , tapiii kalau mood-nya lagi nggak oke … disuruh jawabnya, “Entar dulu Ma.” meski dikerjain juga tapi pakai jeda, yang kadang kalau kelamaan udah tak kerjain sendiri karena geregetan ditembak melulu pakai jawaban tar …tar …tar.

Herannya dari sekian banyak masukan tentang anakku yang tiga-tiganya jagoan, lebih banyak yang ngasi masukan terakhir itu ‘punya anak lagi’.  Usulan yang langsung aku tanggapin dengan gelengan kepala. Masalahnya pengalaman hamil tiga kali dan tiga kali pula mengalami muntah sepanjang kehamilan sampai menjelang kelahiran bukanlah hal yang mudah. Apalagi aku juga bekerja jadi pastinya sangat menggangu rutinitas kerja, jadi lebih sering ijin karena seringkali nggak kuat mual muntahnya sepanjang hari.

Dan pengalaman yang paling berkesan adalah saat hamil anak ketiga, setelah 8 tahun usia anak yang kedua dan usia anak yang pertama 11 tahun. Jadi jaraknya lumayan jauh saat hamil anak ketiga, dua anakku sudah lumayan besar jadi tidak merepotkan. 

Pagi itu, aku bener-bener nggak bisa bangun dari tidur karena tiap bangun semua berputar  tapi kupaksakan diri untuk mandi supaya lebih segar, meskipun untuk gosok gigi aku akan kembali muntah-muntah. Selesai mandi kesegaran lebih memberi tenaga, buru-buru masuk kamar dan berbaring mencoba cari posisi yang enak untuk membuatku nyaman menahan mual.

Tapi baru berbaring beberapa menit, aku sudah mulai mau muntah jadi buru-buru nyari kresek hitam yang aku siapkan di kamar, jaga-jaga kalau nggak keburu nahan muntahnya. Tapi kresek yang aku cari nggak ketemu, waduuuh jangan-jangan udah habis dan aku harus ambil di dapur. Terpaksa teriak memanggil si sulung.
“Maaaas, tolong ni mama mau muntah.”
“Bentar Ma.” sahut si sulung yang melongok ke kamar melihatku setengah kawatir.

Dan secepat kilat membawakan tempat untuk aku muntah, tapi saat disodorkan langsung membuatku menahan muntah setengah mati, jangan sampai aku muntah di situ. Ya ampun Tuhan … anak laki-lakiku menyodorkan mangkok untuk menampung muntahku … jelas saja aku nggak mungkin muntah di situ, jadi kutarik tangannya untuk menopang tubuhku yang lemas ke kamar mandi. Selesai dari kamar mandi, si sulung membantuku rebahan, mengambilkan air minum dan minyak kayu putih.

“Mama mau makan apa?” tanyanya melihatku lemas, melihat sikapnya dan teringat apa yang dia sodorkan untuk menampung muntahku tadi membuatku tertawa sekaligus haru tapi tawaku mampu mengusir raut cemasnya.
“Kenapa Ma?”
“Lain kali jangan kasi mama mangkok atau sejenisnya kalau mama mau muntah ya.” ujarku sambil menepuk bahunya dan tertawa geli bareng.

Ternyata karena panik dan kasihan melihatku, yang terpikir apa aja asal mamanya bisa muntah ada tempatnya. Karena dia tahu, aku selalu siap tempat untuk muntah kalau nggak bisa ke kamar mandi, karena kalau melihat muntahanku sendiri bisa memicu muntah lagi. Di kamar mandi bisa langsung tak siram, kalau jauh dari kamar mandi pasti cari sesuatu seperti kresek yang bisa langsung tertutup. Dan karena buru-buru, nggak nemuin kresek jadilah si sulung menyodorkan mangkok lengkap dengan tutupnya buat muntah, alamaaaak … ada-ada aja.

“Mama udah enakan ?” tanyanya kemudian, dan aku mengerti dia mau main keluar, jadi aku yakinkan bahwa aku sudah baikan mau tidur. Berdua dengan adiknyapun pamitan mau ke warnet. Beberapa menit kemudian terdengar pintu ruang tamu seperti ada yang membuka membuatku bangkit dari tidur, tapi belum sempat berdiri, Aditya anak sulungku sudah ada di depan pintu kamar lagi, menatapku masih dengan muka khawatir.

“Kenapa mas, kok balik lagi ?” tanyaku heran
Nggak papa, gantian aja ke warnetnya. Mama nggak ada yang jagain.” ujarnya polos membuatku tertegun dan terselip rasa syukur juga bangga anak laki-lakikupun di usianya yang masih dini, bisa begitu perhatian ke mamanya yang lagi kalang kabut dengan mual muntahnya.

Jadi, apa yang harus aku khawatirkan kalau semua anakku laki-laki ? pikirku saat kilas balik, mengingat perhatian mereka di usia yang masih dini saat itu sudah terbentuk, mudah-mudahan akan terus tertanam dalam diri mereka semua.