Laman

Kamis, 14 Maret 2013

Resensi Buku

Hijab adalah perhiasan indah, pakaiannya para wanita shalehah.  Tidak semua wanita muslimah mampu mengenakannya. Pasalnya, hijab bukan sembarang busana yang menutupi anggota tubuh. Hijab adalah bagian dari keteguhan iman, kesabaran, syukur, ikhlas, dan ketaatan kepada perintah Allah SWT. Tidak sedikit dari para muslimah harus melewati cibiran orang-orang terdekatnya dan pergolakan hati ketika baru saja memulai untuk berhijab. Benarkah?

Ada beberapa mitos dan ungkapan yang kerap diucapkan orang-orang yang belum mengerti tentang hakikat hijab bagi seorang muslimah. Misalnya, perkataan, “Masih muda, kok udah pake jilbab, nanti susah dapat kerjaan…”, “Kamu nggak pantas pakai jilbab ke sekolah?”, “Mending jilbabin dulu hatinya, baru menjilbabi fisik kita…”, atau “Aku mau sih pake hijab, tapi nanti jadi susah cari baju yang lucu-lucu…” dan ucapan-ucapan lainnya tentang “stigma” negatif terhadap keputusan berhijab.
Di sinilah terlihat adanya sebuah kualifikasi antara iman dan nafsu dalam diri seorang muslimah. Siapa yang lebih kuat imannya, dialah yang akan menang. Siapa yang nafsunya masih besar, tentu akan berpikir ulang, bahkan urung berhijab. Hijab merupakan bagian dari langkah menuju takwa bagi seorang muslimah. Tidak mungkin kita mengambil kesimpulan “takwa” kepada seorang muslimah jika dirinya belum berhijab. Takwa adalah sebaik-baiknya pakaian  (QS. Al-A'raaf: 26), yang tentu saja harus didahului oleh pakaian zhahir untuk menutupi auratnya, yaitu hijab tersebut.
Hijab merupakan manifestasi iman menuju kesempurnaannya. Dari 77 cabang iman menurut pendapat ulama, hijab telah mewakili bagian dari cabang-cabang tersebut, seperti rasa malu, syukur, sabar, menutup aurat, takut, dan menegakkan syariat Islam. Bagaimana dapat dikatakan sempurna iman seorang muslimah jika belum terpenuhi bagian-bagiannya? Karenanya, wahai muslimah, segeralah berhijab dan terus perbaiki kualitas imanmu bagi mereka yang sudah berhijab. Dengan demikian, rahmat Allah akan semakin dekat sehingga menjadi muslimah yang disayangi Allah dan makhluk-Nya.
Bagaimana, kamu mau mengikuti jejak mereka yang telah berhijab? Kamu jangan khawatir, jika sudah mulai terbesit dalam hatimu, itu sebenarnya bagian dari hidayah Allah. Atau jika kamu butuh hal lain untuk menguatkan hatimu, #HIJAB1ST akan membantumu melalui kisah-kisah muslimah ketika mereka hendak berhijab. Di dalam buku ini, beragam pengalaman seru dan tak terlupakan saat memulai berhijab, mulai dari yang menyebalkan sampai yang membahagiakan.
Buku ini disusun oleh Achi TM & Rumah Pena Writers, yang menampung pengalaman-pengalaman menarik “first hijabers”. Pengalaman pertama mereka yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya karena tertanam dalam memori yang menggelitik; ada tawa, tangis, haru, gugup, atau bahkan keterpaksaan. Ada 14 "first hijabers” yang akan bercerita di dalam buku #HIJAB1ST terbitan QultumMedia ini, yaitu tentang bagaimana saat mereka mengawali lembaran hidup baru dengan berhijab untuk menutup aurat dengan latar belakang dan alasan yang berbeda.
Ayo simak kisah-kisahnya. Seru dan menarik lho!
 http://www.qultummedia.com/Review-Buku/kenangan-tak-terlupakan-saat-pertama-kali-berhijab.html

Selasa, 05 Maret 2013

Kuis Rumah Pena



ceritaku di antologi  #HIJAB 1ST


Pilih-pilih jilbab, tapi nggak ketemu juga yang aku cari sampai si pemilik toko menghampiri. “Mau cari jilbab Neng, bisa Ibu bantu?”
“Ada nggak jilbab jins?” tanyaku masih sambil cari-cari yang kuinginkan, dan langsung membuat bu haji sang pemilik toko terbelalak bingung.
“Jin … setan?” pertanyaan sang pemilik toko langsung membuatku berbalik menatap bu haji dan nyaris ketawa ngakak, kalau saja nggak melihat ekspresi ibu separoh baya itu benar-benar bingung, nggak ngerti yang kumaksud.
“Emmm… maksud saya jilbab yang bahannya dari jins kaya jaket saya ini Bu.” jelasku sambil nyengir  dan bu haji pun jadi ikut geli.
“Aduh kagak ada Neng.”
Melihatku yang jadi ragu, bu haji menyodorkan sebuah jilbab warna putih dari bahan kaos.
       “Coba kalau yang ini, cocok kalau dipakai bareng ‘jin’ nya.” ujarnya masih dengan senyum geli menyebut kata jin setengah menyindir. Tapi top markotop deh, pilihan bu haji buatku. Yuupi … sip dah, ni cocok juga, meski jilbab tapi kaos juga, nyaman pastinya, dan tanpa pikir panjang aku bayar langsung pakai.
         “Tapi Neng, masak pakai gitu …” bu haji menatapku masih geli, tapi tak kuhiraukan langsung ngeloyor mantap menuju perayaan ulang tahun Sinta.
Semua mata menatapku heran dengan ekspresi geli campur jadi satu, begitu aku masuk mengucapkan salam dengan senyum pe de. Spontan mengundang tawa cekikikan anak-anak yang masih kecil terutama, begitu melihatku.  Apanya yang salah ? 


Itu salah satu pengalaman seru gadis remaja yang membawanya pada keputusan berjilbab. Mau tau kelanjutannya ? masih banyak lagi penglaman seru, lucu dan inspiratif dari cerita-cerita pengalaman pertama berhijab lainnya ada di buku #HIJAB1ST bersama para penulis Rumah Pena
Miliki bukunya dan dapatkan hadiahnya dengan mengikuti kuisnya,  semoga bermanfaat :)






Sabtu, 02 Maret 2013

Titipan Yang Spesial (Tulisan yang ikut kontes di Female Circle)



"Tuhan itu arsitek yang agung, karya-Nya tidak pernah gagal. Tidak satupun makhluk yang diciptakan-Nya yang merupakan produk gagal. Ketika Dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, Dia tidak pernah lupa untuk menitipkan kelebihan."

Kata-kata itu menguatkan hati dan langkahku, yang hampir 4 tahun ini titipan-Nya yang spesial membuatku jatuh bangun memperjuangkan kehidupannya.

Nuraniku membisikkan titipan-Nya kali ini berbeda ... tapi aku tak ingin mengatakannya berbeda meski banyak mata melihatnya berbeda, bahkan ada yang terang-terangan mengatakannya 'berbeda' tapi buatku, titipan-Nya kali ini spesial.

Satriya kecilku mengalami keterlambatan tumbuh kembangnya, efek dari sakit dan kejang dari usia 6 bulan entah sudah berapa ratus kali kejang dan berkali-kali masuk RS.

Moment yang tidak pernah aku lupakan, saat ia terbaring koma untuk ketiga kalinya. Doa dan tangis menyatu dalam nafasku. Dokter menjelaskan hal yang paling aku takuti, segala usaha sudah maksimal tapi waktu seakan berhenti, ia tak merespon lagi alat bantu kehidupannya.

Tapi saat aku dan papanya memanggilnya dan mengajaknya bicara apa saja, beberapa saat kemudian Dokter memberitahukan alat bantu kehidupannya menunjukkan ada respon kembali. Satriya kecilku seakan ingin memperlihatkan ia juga berjuang dengan caranya sendiri.

Aku terus belajar untuknya, setiap perkembangannya yang buat orang lain hal yang biasa, buatku adalah luar biasa karena untuk melalui tahap-tahap perkembangannya harus melalui usaha yang berkali-kali lipat lebih keras dibanding yang aku lakukan untuk kakak-kakaknya.

Moment spesial itu artinya buatku adalah ... saat aku bersama langkah kecilnya membuat kemajuan. Sekecil apapun, itu adalah hal yang spesial. Selalu dan selalu ada tos dan pujian yang kuberikan untuk pencapaiannya, membuatnya tersenyum, menghadiahiku ciuman dan binar bintang di matanya.

Terima kasih Tuhan, keberadaannya mengajarkanku arti kekuatan, kesabaran dan keiklasan.

(Anak adalah sekolah kehidupan untuk orang tuanya belajar)