Punya anak tiga, jagoan semua. Nggak munafik kalau terbersit keinginan
punya anak perempuan. Kepikiran kalau tua nanti gimana ya dengan anak
laki-laki semua ? pastinya mereka lebih perhatian ke keluarga sang istri, rata-rata
kenyataannya seperti itu, duuuh
terbayang kesepiannya.
Meski banyak juga yang bilang nggak papa, nanti juga punya anak
perempuan dari anak laki-laki (maksudnya menantu) ada juga yang bilang, “Nggak
semua anak laki-laki lebih perhatian ke keluarga istri, tergantung gimana kita sebagai
orang tua mendidiknya”
Ya, masukan pendapat itu betul semua. Tapiii...
tetep saja terkadang ada terselip rasa khawatir mengingat hari tua. Yang ada dalam
bayangan, mungkin anak-anak akan lebih sering ke mertuanya dari pada ke orang
tuanya.
“Makanya bikin satu lagi, biar dapet anak
perempuan.”
“Whaaat ? nggak
deh kalau musti punya anak lagi, itu solusi konyol namanya. Ya kalau dapet anak
perempuan kalau laki-laki lagi?” jawabku selalu.
Meski kadang ada iri menghampiri, kalau liat
tetangga sebelah yang punya anak perempuan sedang jalan bareng kayaknya klop
banget, apalagi kalau liat anak perempuannya disuruh-suruh nurut.
Tapi bukan
berarti anak-anak laki-lakiku nggak nurut,
cumaaa angin-anginan … kalau mood-nya lagi oke, nggak usah disuruh, liat mamanya repot dengan pekerjaan rumah
tau-tau udah ikut bantuin , tapiii kalau mood-nya lagi nggak oke … disuruh jawabnya, “Entar dulu Ma.” meski dikerjain juga
tapi pakai jeda, yang kadang kalau kelamaan udah tak kerjain sendiri karena
geregetan ditembak melulu pakai jawaban tar …tar …tar.
Herannya dari sekian banyak masukan tentang
anakku yang tiga-tiganya jagoan, lebih banyak yang ngasi masukan terakhir itu
‘punya anak lagi’. Usulan yang langsung
aku tanggapin dengan gelengan kepala. Masalahnya pengalaman hamil tiga kali dan
tiga kali pula mengalami muntah sepanjang kehamilan sampai menjelang kelahiran
bukanlah hal yang mudah. Apalagi aku juga bekerja jadi pastinya sangat
menggangu rutinitas kerja, jadi lebih sering ijin karena seringkali nggak kuat mual muntahnya sepanjang
hari.
Dan pengalaman yang paling berkesan adalah saat
hamil anak ketiga, setelah 8 tahun usia anak yang kedua dan usia anak yang
pertama 11 tahun. Jadi jaraknya lumayan jauh saat hamil anak ketiga, dua anakku
sudah lumayan besar jadi tidak merepotkan.
Pagi itu, aku bener-bener nggak bisa bangun dari tidur karena tiap
bangun semua berputar tapi kupaksakan
diri untuk mandi supaya lebih segar, meskipun untuk gosok gigi aku akan kembali
muntah-muntah. Selesai mandi kesegaran lebih memberi tenaga, buru-buru masuk
kamar dan berbaring mencoba cari posisi yang enak untuk membuatku nyaman
menahan mual.
Tapi baru berbaring beberapa menit, aku sudah
mulai mau muntah jadi buru-buru nyari kresek hitam yang aku siapkan di kamar,
jaga-jaga kalau nggak keburu nahan
muntahnya. Tapi kresek yang aku cari nggak
ketemu, waduuuh jangan-jangan udah habis dan aku harus ambil di dapur. Terpaksa
teriak memanggil si sulung.
“Maaaas, tolong ni mama mau muntah.”
“Bentar Ma.” sahut si sulung yang melongok ke
kamar melihatku setengah kawatir.
Dan secepat kilat membawakan tempat untuk aku
muntah, tapi saat disodorkan langsung membuatku menahan muntah setengah mati,
jangan sampai aku muntah di situ. Ya ampun Tuhan … anak laki-lakiku menyodorkan
mangkok untuk menampung muntahku … jelas saja aku nggak mungkin muntah di situ, jadi kutarik tangannya untuk menopang
tubuhku yang lemas ke kamar mandi. Selesai dari kamar mandi, si sulung
membantuku rebahan, mengambilkan air minum dan minyak kayu putih.
“Mama mau makan apa?” tanyanya melihatku
lemas, melihat sikapnya dan teringat apa yang dia sodorkan untuk menampung
muntahku tadi membuatku tertawa sekaligus haru tapi tawaku mampu mengusir raut
cemasnya.
“Kenapa Ma?”
“Lain kali jangan kasi mama mangkok atau
sejenisnya kalau mama mau muntah ya.” ujarku sambil menepuk bahunya dan tertawa
geli bareng.
Ternyata karena panik dan kasihan melihatku, yang
terpikir apa aja asal mamanya bisa muntah ada tempatnya. Karena dia tahu, aku
selalu siap tempat untuk muntah kalau nggak
bisa ke kamar mandi, karena kalau melihat muntahanku sendiri bisa memicu muntah
lagi. Di kamar mandi bisa langsung tak siram, kalau jauh dari kamar mandi pasti
cari sesuatu seperti kresek yang bisa langsung tertutup. Dan karena buru-buru, nggak nemuin kresek jadilah si sulung
menyodorkan mangkok lengkap dengan tutupnya buat muntah, alamaaaak … ada-ada
aja.
“Mama udah enakan ?” tanyanya kemudian, dan
aku mengerti dia mau main keluar, jadi aku yakinkan bahwa aku sudah baikan mau
tidur. Berdua dengan adiknyapun pamitan mau ke warnet. Beberapa menit kemudian
terdengar pintu ruang tamu seperti ada yang membuka membuatku bangkit dari
tidur, tapi belum sempat berdiri, Aditya anak sulungku sudah ada di depan pintu
kamar lagi, menatapku masih dengan muka khawatir.
“Kenapa mas, kok balik lagi ?” tanyaku heran
“Nggak
papa, gantian aja ke warnetnya. Mama nggak
ada yang jagain.” ujarnya polos membuatku tertegun dan terselip rasa syukur juga
bangga anak laki-lakikupun di usianya yang masih dini, bisa begitu perhatian ke
mamanya yang lagi kalang kabut dengan mual muntahnya.
Jadi, apa yang harus aku khawatirkan kalau
semua anakku laki-laki ? pikirku saat kilas balik, mengingat perhatian mereka
di usia yang masih dini saat itu sudah terbentuk, mudah-mudahan akan terus
tertanam dalam diri mereka semua.
Mertuaku anaknya empat laki semua bun, sama mantu8nya baik banget suka beliin ini itu hihi. Kalo ortuku anaknya empat cewek smua, salam kenal :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, berartikan intinya kalau kita menanam kebaikan pasti hasilnya juga kebaikan. salam kenal salam juga buat mertuanya :)
HapusMudah2an komentar saya tdk dihapus ya mbak Dewi, he..........Anak laki-laki atau perempuan sama saja mbak yg penting cara kita sebagai ortu mengarahkannya
BalasHapusKenapa musti saya hapus, inikan masukan. Yang saya hapus tadi justru balasan komentar saya karena kurang lengkap. Betul mbak semoga menjadi anak2 yang soleh bermanfaat buat dirinya sendiri juga orang lain, itu harapan kita sebagai orang tua.
Hapuswah seru juga ceritanya, idem juga tuh sama mb Rahmi. Kebetulan keluarga suami, ke-4anaknya juga cowo smua. Yg sulung adalah swamiQ tct.Meski sudah punya buntut 2 berikut adik2nya, kalo sama ortu telaten sekali. Smoga tetap mjd inspirasi selanjutnya,ya mb.Slm manis utk kel ;)
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, salam juga buat keluarga :)
Hapusseneng mbak baca ceritanya, ngebayangin 2 jagoanku bertindak hal yang sama. meski usianya masih 4 thn n 3 thn, tapi kalo aku agak elus2 perut mereka langsung bilang "umi mau punya adek bayi ya?"...sebenarnya anak kami dah lengkap, karena si sulung perempuan. tapi cerita 2 jagoan itu membuatku senyum2 sendiri he....
BalasHapusanak saya 2 cowok semua juga. sama kaya mbak Dewi mau hamil lagi supaya dapet anak cewek, tp selalu kepikiran juga, ya kalo lahirnya cewek, nah kalo cowok lagi gimana? hihi... salam kenal ..
BalasHapusTerima kasih mbak rita sudah berkunjung, salam kenal juga, kalau baru 2 dan usia masih memungkinkan tidak ada salahnya lo coba pakai program bisa kok diprogram konsultasi ke dokter, itu ihtiarnya ya pastinya sambil memohon pada yang di atas :)
HapusTerima kasih juga mbak Sri sudah berkunjung, Alahamdulillah ada bidadari kecilnya diantara jagoannya ya. Itulah sekelumit cerita lucu mengharukan dari Satriya2ku semoga bermanfaat buat para ibu yang lain tak perlu berkecil hati dikaruniai jagoan2 semua :)
BalasHapusJadi inget jagoanku dirumah, umurnya hampir 5, aku sedang hamil anak kedua sekarang, dengar mamanya mual malahan ikut2an pura2 mual, yg ada oma dan opanya jadi khawatir dia salah makan atau apa.. bikin heboh satu rumah.. hahaha..
BalasHapus2 anak ku laki2 semua...
BalasHapusSi kakak nya ini sebener e baiikk banget sama aku, dulu pas hamil anak ke 2 si kakak ini suka ngelus2 perut. Berharap adiknya cewek. Tp meskipun adik nya cowok dia mau bermain bareng. Gaa tau yaa feeling aja si kakak ini baik banget, nurut, mau ngerti kondisi ku.
Daaaann aku sekarang hamil anak ke 3 yang insya alloh laki2 lagi (menurut kalender cina sih). Gaa berharap banyak juga mau dpt anak perempuan alhamdulillah tdk pun tdk masalah. Semoga ketiga anak ku jadi anak yg baik semua...